Paragraf Induktif : adalah paragraf yang dimulai dengan
mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik.
Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi,
analogi, dan kausalitas.
Ciri-ciri Paragraf Induktif
1. Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
2. Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
3. Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
4. Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
5. Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
6. Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
7. Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa- peristiwa khusus
8. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama
1. Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
2. Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
3. Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
4. Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
5. Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
6. Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
7. Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa- peristiwa khusus
8. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama
Paragraf
Induktif Terbagi atas :
1. Paragraf Generalisasi
Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili
Macam – macam Generalisasi :
1. Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
2. Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana jeans.
Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili
Macam – macam Generalisasi :
1. Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
2. Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana jeans.
2.
Hipotesa
hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam berfikir sehari-hari, orang menyebutnya anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesa juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa diantara sejumlah fakta ada hubungan tertentu.
Tahap-tahap Pembentukan Hipotesa secara umum
1. Penentuan masalah
2. Hipotesa Pendahuluan atau hipotesa preliminer
3. Pengumpulan
4. Formulasi hipotesa
5. Pengujian hipotesa, artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diobservasi
6. Aplikasi/penerapan
hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam berfikir sehari-hari, orang menyebutnya anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesa juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa diantara sejumlah fakta ada hubungan tertentu.
Tahap-tahap Pembentukan Hipotesa secara umum
1. Penentuan masalah
2. Hipotesa Pendahuluan atau hipotesa preliminer
3. Pengumpulan
4. Formulasi hipotesa
5. Pengujian hipotesa, artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diobservasi
6. Aplikasi/penerapan
3. Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi
perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan
bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula
dalam bidang yang lain. Contoh: Alam semesta berjalan dengan sangat teratur,
seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta
jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit
berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada
penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi
sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang
sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti
demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya
itu.
Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin
dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis
berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat
sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta
alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu
4. Hubungan
kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan
menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya,
jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia
sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat,
akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
Sebab-Akibat Penalaran
ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada
kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Contoh: Era
Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang
membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi
dan dikendalikan. Produksi nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya
harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi
kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi
Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima
pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
Hal
penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa
atau faktor penyebab.
Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa
yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari
penyebabnya. Contoh: Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak.
Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu itu
sedang sakit.
Sebab-Akibat-1
Akibat-2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian
akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua.
Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat. Contoh: Mulai
tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik.
Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena
Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia
kembali berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu
biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga
barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk transportasi
harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh
rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha
menaikkan pendapatan masyarakat.
http://litstarss.blogspot.com/2010/03/paragraf-induktif.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
0 komentar:
Posting Komentar